Kamis, 27 Desember 2018

Menikmati Surga Budaya di Siem Reap, Cambodia

Mengobati kekecewaan karena gagal mendapatkan visa europa tepat waktu, akhirnya memilih travelling dadakan ke negara ASEAN yang bebas visa. Pilihan jatuh kepada Cambodia dan Vietnam, ya karena memang negara ini belum pernah saya kunjungi. Sebenernya ada juga opsi ke Bagan, Myanmar, namun karena ada isu Rohingnya saya mengurungkan niat.

Mengapa Kamboja yang harus dipilih?
Satu karena situs warisan UNESCO yaitu Angkor wat yang terkenal
Kedua karena tertarik dengan bagaimana budaya dari negara yang merdeka pada tahun 80 an ini
Ketiga yaitu adanya tiket promo sekitar 300 ribuan dari Kuala lumpur ke Siem Reap ....

Sun Rise at Angkor Wat

Perjalanan dimulai pada tanggal 11 April 2018 dengan rute sebagai berikut :
1. Jakarta-Kuala Lumpur ( Air Asia - IDR 396.000 )
2. Kuala Lumpur - Siem Reap ( Air Asia - IDR 394.000 )
3. Siem Reap - Hanoi ( Vietjet Airlines - IDR 800.000 )
4. Hanoi - Kuala Lumpur ( Air Asia - IDR 920.989 )
5. Kuala Lumpur - Jakarta ( Air Asia - IDR 439.164 )

Ya kenapa harus transit??? karena harga tiket transit dan langsung berbeda hampir dua kali lipat, sebagai kere budget traveler saya memutuskan untuk "ngeteng".

Kesan pertama yang didapat ketika mendarat di Siem Reap International Airport adalah bersih, terawat, kota turis dan panas. Ya suhu udara saat itu sekitar 36 Celcius, kebayang deh meleleh. Untuk akomodasi saya mendapatkan hotel dengan fasilitas free pickup dengan tuk tuk, jadi bisa lebih berhemat karena menurut informasi harga sekali antar dari pusat kota ke bandara sekitar 5 USD. Saya dan teman saya Wahyu menginap di Central Prestige D'Angkor atau bisa kunjungi websitenya di sini. Kesan pertama sih lumayan untuk harga tersebut, pegawainya ramah ramah, dekat dengan Pub Street dan Night Market.

Kami tiba sekitar pukul 09.00 waktu setempat, dan belum bisa check in, padahal di tulisannya boleh early check in -_-. Jadilah bingung mau pergi kemana, disarankan oleh resepsionis yaitu pergi dengan menyewa tuk tuk seharian seharga 16 USD sekalian dengan tiket Angkot Wat seharga 37 USD. Kami berdua berdiskusi dan setuju karena tidak ada pilihan lain. Setelah deal dengan tawaran tersebut, eh mba resepsionisnya memperbolehkan kami untuk check in early (yah ini mah ada maunya) gumam saya dalam hati. Usut punya usut ternyata supir tuk tuk yang kami sewa punya hubungan spesial dengan sang resepsionis. Ya udah deh yang penting bisa check in early, mandi, dan tidur tiduran sebentar.
Tuk tuk merupakan transportasi utama di Siem Reap

Kurang lebih jam 10.30, kami segera keluar dan menemui supir tuk tuk, karena sudah jam makan siang kami minta diantar ke rumah makan halal, jaraknya sekitar 5 menit saja dari penginapan. Yang jualan ternyata orang melayu yang menetap di daerah Siam. Untuk masakanya lumayan enak sih, saya memesan nasi, beef, telur, dan es kopi susu seharga 4 USD. Sedangkan teman saya wahyu memesan oseng oseng mangga muda yang katanya ga enak wkkwkwk.

Setelah kenyang kami segera melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama adalah Wat apa gitu lupa namanya. Bentuknya kecil tempatnya terdapat tempat ibadahnya dan berlapis emas. Sebenenya tempatnya bagus sih tapi karena cuaca yang benar benar tidak mendukung (baca : panas banget) saya jadi kurang bisa menikmati dan hanya sebentar di tempat ini.




Untuk lokasi kedua, yaitu rumah kerajaan kamboja. Disini juga agak fail karena sedang ada upacara kaya mau prewedding ramai sekali. Jadinya saya dan wahyu ga bisa masuk ke dalam, dan risih juga karena banyak pengemis yang meminta minta di depan rumah tersebut. Jadilah kami melipir ke taman sekitar situ, lumayan ngadem. Taman ini lebih mirip alun alun sih kalau kata orang jawa, ada pohon beringinya tapi yg unik di atas pohon beringin ini ada ratusan kelelawar yang bergelantungan. Saya juga kagum dan kaget ketika melihat ada ratusan kelelawar di atas pohon -_-".


Alun Alun di Kamboja



Cuaca di kamboja saat itu sangat tidak mendukung, saking panasnya saya menghabiskan beberapa botol air minum. Oleh karena itu, saya berinisiatif untuk mencari tempat wisata yang dingin dan indoor. Jatuhlah pilihan kepada Museum Angkor, tiketnya sendiri senilai 12 USD, cukup mahal. Tapi karena teman saya suka sama sejarah jadilah kami berdua ke museum tersebut. 
Saya Di Depan Angkor National Museum (cuma punya foto dari depan soalnya ga boleh foto di dalam)
Selesai menyelusuri Angkor National Museum, jam menunjukkan pukul 14.00, karena cuaca yang panas dan memang kondisi badan yang belum istirahat akhirnya kami berdua memutuskan untuk kembali ke hotel dan melanjutkan perjalanan lagi pada pukul 16.00. Jarak antara Angkor Nasional Museum dengan penginapan kami cukup dekat, sekitar 10 menit menggunakan Tuk-Tuk.

Pada pukul 16:00 kami dijadwalkan untuk membeli tiket masuk Angkor wat, namun di perjalanan kami mampir di sebuah kuil yang berisi ribuan tulang belulang manusia. 
Salah satu sudut kuil yang berisi tulang belulang manusia

Setelah itu kami segera menuju tempat pembelian tiket Angkor wat, dan kami diperbolehkan masuk untuk melihat sunset di pnhom bakaeng. Kalau menurut saya mirip dengan candi ijo yang ada di Yogyakata. Dan lagi lagi saya dikira orang Kamboja -_-.

Kartu yang harus dipakai untuk mengunjungi Phnom bakheng
Saya harus mendaki dari pintu gerbang sekitar 20 menit, lumayan menguras stamina. Sebelum mendaki, saya menyempatkan membeli es kelapa muda seharga 1 USD. Untuk memasuki komplek candi kami harus antri bergantian karena pengunjung dibatasi hanya 300 saja. Hal ini dilakukan untuk menjaga candi agak tidak rusak. Saya salut dengan sistem seperti ini karena disini benar benar serius mengelola tempat wisatanya. Antrian cukup lama sehingga ketika giliran saya maka matahari sudah hampir tenggelam dan failed deh.
Failed wkwk

Setelah selesai, kami segera balik menggunakan tuk tuk ke hotel. Untuk jarak antara kompleks Angkor wat dengan pusat kota sekitar 30 menit apabila menggunakan tuk tuk. Akibat angin yang sepoi sepoi sayapun sempat tertidur di tuk tuk, untung saja tidak jatuh -_-.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikmati suasana perbukitan di Da Lat, Vietnam

Da Lat, kota yang mungkin terdengar asing di telinga kita, padahal kota ini merupakan kota perumusan kemerdekaan yang di lakukan oleh Soekar...